KERAJAAN KUTAI
Kerajaan Kutai (Martadipura)
merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai
diperkirakan muncul pada abad 5 M atau ± 400 M. Kerajaan ini terletak di Muara
Kaman, Kalimantan Timur (dekat kota Tenggarong), tepatnya di hulu sungai
Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang
menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena
tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena
memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber
sejarah.
Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk yupa / tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.
Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk yupa / tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.
PENINGGALAN KERAJAAN KUTAI
1. Prasasti
Yupa
Prasasti Yupa
merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Kutai yang paling tua. Dari
prasasti inilah diketahui tentang adanya Kerajaan Kutai di Kalimantan. Di dalam
prasasti ini terdapat tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa Sansekerta dan
juga aksara/huruf Pallawa.
Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu yang berada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Secara garis besar prasasti tersebut menceritakan tentang kehidupan politik, sosial dan budaya Kerajaan Kutai.
2. Ketopong Sultan
Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu yang berada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Secara garis besar prasasti tersebut menceritakan tentang kehidupan politik, sosial dan budaya Kerajaan Kutai.
2. Ketopong Sultan
Ketopong adalah
mahkota yang biasa dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari emas.
Ketopong ini memiliki berat 1,98 kg dan saat ini masih tersimpan di Museum
Nasional Jakarta. Benda bersejarah yang satu ini ditemukan di Mura Kaman, Kutai
Kartanegara pada tahun 1890. Sedangkan yang dipajang di Museum Mulawarman
merupakan ketopong tiruan.
Peninggalan
sejarah berikutnya adalah Kalung Ciwa yang ditemukan oleh pemerintahan Sultan
Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini ditemukan oleh seorang penduduk di sekitar
Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890. Saat ini Kalung Ciwa masih digunakan
sebagai perhiasan oleh sultan dan hanya dipakai ketika ada pesta penobatan
sultan baru.
Bukti sejarah
Kerajaan Kutai yang satu ini cukup unik, karena berwujud kura-kura emas. Benda
bersejarah ini saat ini berada di Museum Mulawarman. Benda yang memiliki ukuran
sebesar kepalan tangan ini ditemukan di daerah Long Lalang, daerah yang berada
di hulu Sungai Mahakam.
Dari riwayat
yang diketahui benda ini merupakan persembahan dari seorang pangeran dari
Kerajaan China untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidara Putih. Kura-kura emas ini
merupakan bukti dari pangeran tersebut untuk mempersunting sang putri.
5. Pedang
Sultan Kutai
Pedang Sultan
Kutai terbuat dari emat padat. Pada gagang pedang terdapat ukiran gambar seekor
harimau yang siap untuk menerkam mangsanya. Sedang pada bagian ujung pedang
terdapat hiasan seekor buaya. Untuk melihat benda ini kamu harus berkunjung ke
Museum Nasional di Jakarta.
6. Keris Bukit
Kang
Kering Bukit
Kang merupakan keris yang digunakan oleh Permaisuri Aji Putri Karang Melenu,
permaisuri Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasarkan cerita dari
masyarakat menyebutkan bahwa putri ini merupakan putri yang ditemukan dalam
sebuah gong yang hanyut di atas bambu. Di dalam gong tersebut terdapat bayi
perempuan, telur ayam dan sebuah kering. Kering ini diyakini sebagai Keris
Bukit Kang.
7.
Singgasana Sultan
Singgasana
Sultan adalah salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Kutai yang masih terjaga
sampai saat ini. Benda ini diletakan di Museum Mulawarman. Pada zaman dahulu
Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja
Kutai sebelumnya. Singgasana Sultan ini dilengkapi dengan payung erta
umbul-umbul serta peraduan pengantin Kutai Keraton.
KERAJAAN TARUMANEGARA
Kerajaan
Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah
pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 m, yang merupakan salah
satu kerajaan tertua di nusantara yang diketahui. Dalam catatan, kerajaan
Tarumanegara adalah kerajaan hindu beraliran wisnu. Kerajaan Tarumanegara
didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian
digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan
di tepi kali gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga. Maharaja
Purnawarman adalah raja Kerajaan Tarumanegara yang ketiga (395-434 m).
Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke
pantai. Kota itu diberi nama Sundapura pertama kalinya nama Sunda digunakan.
Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga
sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan
selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.
PENINGGALAN KERAJAAN TARUMANEGARA
1. Prasasti Ciaruteun
PENINGGALAN KERAJAAN TARUMANEGARA
1. Prasasti Ciaruteun
Prasasti
Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara
sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan
metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta
sepasang telapak kaki Raja Purnawarman. Gambar telapak kaki pada prasasti
Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:
- Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut).
- Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat.
2. Prasasti
Jambu
Prasasti Jambu
atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan
jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahwa
Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya
memuji pemerintahan raja Purnawarman.
3. Prasasti Kebon Kopi
3. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebon
Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang
menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang
disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.
4. Prasasti Muara Cianten
4. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara
Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat
dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
5. Prasasti Pasir Awi
5. Prasasti Pasir Awi
Prasasti Pasir
Awi berada di daerah 0°10’37,29” BB (dari Jakarta) dan 6°32’27,57”, tepat
berada di puncak perbukitan Pasir Awi (600 m dpl), Bojong Honje-Sukamakmur
Bogor.
6. Prasasti
Cidanghiyang
Prasasti
Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai
Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru
ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian
raja Purnawarman.
7. Prasasti Tugu
7. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu
di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini
dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang
dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal
yang dapat diketahui dari prasasti tersebut.
Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:
Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:
- Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
- Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
- Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.
KERAJAAN
MATARAM KUNO
Kerajaan Mataram Kuno terletak di
Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini
dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu,
Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan
Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai
Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya
daerah ini sangat subur.
Kerajaan
Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan
yang bercorak agraris. Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah
menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan
Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa
sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana
sendiri merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.
PENINGGALA KERAJAAN MATARAM KUNO
1.
Prasasti
Canggal
ditemukan
di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti
Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya
menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh
Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang menjadi raja
sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara
perempuan Sanna).
2.
Prasasti
Kalasan
ditemukan di
desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis dalam huruf Pranagari
(India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan
suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas
permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan
untuk para Sanggha (umat Budha).
3.
Prasasti
Mantyasih
ditemukan di
Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi
dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului
Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai
Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan
Rakai Watuhumalang.
4.
Prasasti Klurak
ditemukan di
desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa
Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang
bergelar Sri Sanggramadananjaya.
5.
Candi Kalasan
6.
Candi Plaosan
7.
Candi Prambanan
8.
Candi Sewu
9.
Candi Mendut
10.
Candi Pawon
SEJARAH KERAJAAN BALI
Sejarah
kerajaan Bali merupakan salah satu bagian dari sejarah kehidupan masyarakat
bali secara keseluruhan. Bagian pemerintahan kerajaan di Bali juga beberapa
kali berganti mengingat pada masa itu, terjadi banyak pertikaian antara
kerajaan yang memperebutkan daerah kekuasaan mereka. Kerajaan Bali pertama pada
saat itu kemungkinan bernama Kerajaan Bedahulu dan dilanjutkan oleh kerajaan
Majapahit. Setelah Majapahit runtuh, kerajaan Gelgel mengambil alih, dan
dilanjutkan oleh kerajaan Klungkung setelahnya. Pada masa Klungkung, terjadi
perpecahan yang menyebabkan kerajaan Klungkung terbagi menjadi delapan buah
kerajaan kecil yang juga dikenal di Bali sebagai swapraja. Meskipun tidak
banyak yang tahu tentang sejarah kerajaan Bali, yang pasti adalah kerajaan
Bedahulu atau yang biasa juga disebut Bedulu merupakan kerajaan awal yang
muncul di Bali. Kerajaan yang terpusat di Pejeng atau Bedulu, Gianyar, Kerajaan
Bali ini berdiri pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-14. Konon katanya,
kerajaan ini diperintah oleh salah satu kelompok bangsawan yang bernama dinasti
Warmadewa dengan Sri Kesari Warmadewa sebagai raja pertamanya.
PENINGGALAN
KERAJAAN BALI
- Prasasti
Blanjong
- Prasasti Gunung
Panulisan
-
Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu
- Candi Padas
di Gunung Kawi
- Pura Agung
Besakih
- Candi
Mengening
KERAJAAN
PAJAJARAN
Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat
kerajaan ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa
Barat yang terletak di Parahyangan (Sunda). Kata Pakuan sendiri berasal dari
kata Pakuwuan yang berarti kota. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan
menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya. Beberapa catatan menyebutkan
bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang
disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak (1030 M) di kampung Pangcalikan dan
Bantarmuncang, tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Suka Bumi.
PENINGGALAN KERAJAAN PAJAJARAN
• Prasasti Batu Tulis, Bogor
PENINGGALAN KERAJAAN PAJAJARAN
• Prasasti Batu Tulis, Bogor
• Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
• Prasasti Kawali, Ciamis
• Prasasti Rakyan Juru Pangambat
• Prasasti Astanagede
• Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
KERAJAAN KEDIRI
Kerajaan Kediri
(Kerajaan Panjalu) adalah sebuah kerajaan dengan corak Hindu-Budha. Kerajaan
yang berdiri pada tahun 1042 ini merupakan bagian dari kerajaan yang lebih
besar, yaitu Kerajaan Mataram Kuno (Wangsa
Isyana), dan pusat kerajaannya terletak di tepi sungai
Brantas yang merupakan jalur pelayaran besar pada masa itu.
Pada tahun
1019, Airlangga berhasil naik menjadi raja Medang Kamulan. Saat sedang
memerintah, Airlangga berhasil mengembalikan kewibawaan Medang Kamulan dan
akhirnya memindahkan pusat pemerintahannya ke Kahuripan. Pada tahun 1041,
Airlangga memerintahkan kerajaan untuk dibagi menjadi dua bagian. Pembagian itu
dilakukan oleh Mpu Bharada, Brahmana yang terkenal sakti. Dua kerajaan yang
terbelah tadi lalu dikenal sebagai Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri)
dan dipisahkan oleh gunung Kawi dan Sungai Brantas. Kejadian ini kemudian
dikisahkan dalam prasasti Mahasukbya, serat Calon Arang, dan kitab
Negarakertagama. Meskipun tujuan awal Airlangga memecah kerajaan menjadi dua
adalah agar tidak ada perebutan kekuasaan, pada praktiknya kedua putra
Airlangga tetap bersaing bahkan setelah mereka masing-masing diberi kerajaan
sendiri.
PENINGGALAN
KERAJAAN KEDIRI
·
Prasasti Sirah
Keting
Prasasti ini
berisi tentang pemberian penghargaan berupa tanah dari Jayawarsa kepada rakyat
desa sebab telah berjasa.
·
Prasasti di
Tulungagung dan Kertosono
Kedua prasasti
ini berisi tentang masalah keagamaan. Kedua prasasti ini berasal dari Raja
Kameshwara.
·
Prasasti Hantang
Prasasti ini
berisi tentang pemberian hadiah berupa tanah nan dibebaskan dari pajak oleh
Jayabaya. Prasasti ini ditujukan buat rakyat Desa Ngantang sebab telah mengabdi
buat Kemajuan Kediri.
·
Prasasti Jaring
Prasasti ini
dibuat oleh Raja Gandra. Isinya ialah nama-nama nan berasal dari nama hewan,
seperti Tikus Jinada, Kebo Waruga, dan sebagainya. Hal ini memunculkan adanya
birokrasi kerajaan.
·
Prasasti
Kamulan
Prasasti ini
berisi tentang peristiwa dikalahkannya musuh oleh Kediri di istana
Katang-Katang.
·
Prasasti
Panumbangan
Prasasti ini berisi tentang pemberian anugerah raja buat penduduk Panumbangan sebab telah mengabdi kepada rakyat.
·
Prasasti Talan
Prasasti ini berisi tentang diberikannya hak istimewa oleh raja kepada penduduk Desa Talan dengan cara membebaskan rakyat dari pajak.
KERAJAAN SINGASARI
Pendiri
Kerajaan Singasari adalah Ken Arok. Asal usul Ken Arok tidak jelas. Menurut
kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang wanita tani dari Desa Pangkur
(sebelah timur Gunung Kawi). Para ahli sejarah menduga ayah Ken Arok seorang
pejabat kerajaan, mengingat wawasan berpikir, ambisi, dan strateginya cukup
tinggi. Hal itu jarang dimiliki oleh seorang petani biasa. Pada mulanya Ken
Arok hanya merupakan seorang abdi dari Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung.
Ken Arok setelah mengabdi di Tumapel ingin menduduki jabatan akuwu dan
sekaligus memperistri Ken Dedes (istri Tunggul Ametung). Dengan menggunakan
tipu muslihat yang jitu, Ken Arok dapat membunuh Tunggul Ametung. Setelah itu,
Ken Arok mengangkat dirinya menjadi akuwu di Tumapel dan memperistri Ken Dedes
yang saat itu telah mengandung. Ken Arok kemudian mengumumkan bahwa dia adalah
penjelmaan Dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Hal itu dimaksudkan agar Ken Arok
dapat diterima secara sah oleh rakyat sebagai seorang pemimpin.
PENINGGALAN KERAJAAN SINGASARI
1. Candi Singosari
Candi ini berlokasi di Kecamatan Singosari,Kabupaten Malang dan
terletak pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna.
Berdasarkan penyebutannya pada Kitab Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada
yang bertanggal 1351 M di halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat
"pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang
mangkat(meninggal) pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-gelang
yang dipimpin oleh Jayakatwang. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai
dibangun.
2. Candi Jago
Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Candi
ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita
setempat karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra
dapat ditemui di candi ini. Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas
bahan batu andesit.
3. Candi Sumberawan
Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di
Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan
peninggalan Kerajaan Singasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu.
Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah
telaga yang sangat bening airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan.
4. Arca Dwarapala
Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar.
Menurut penjaga situs sejarah ini, arca Dwarapala merupakan pertanda masuk ke
wilayah kotaraja, namun hingga saat ini tidak ditemukan secara pasti dimanan
letak kotaraja Singhasari.
5. Prasasti Manjusri
Prasasti
Manjusri merupakan manuskrip yang dipahatkan pada bagian belakang Arca
Manjusri, bertarikh 1343, pada awalnya ditempatkan di Candi Jago dan sekarang
tersimpan di Museum Nasional Jakarta
6. Prasasti Mula Malurung
Prasasti Mula Malurung adalah piagam pengesahan penganugrahan desa
Mula dan desa Malurung untuk tokoh bernama Pranaraja. Prasasti ini berupa
lempengan-lempengan tembaga yang diterbitkan Kertanagara pada tahun 1255
sebagai raja muda di Kadiri, atas perintah ayahnya Wisnuwardhana raja
Singhasari.
Kumpulan lempengan Prasasti Mula Malurung ditemukan pada dua waktu
yang berbeda. Sebanyak sepuluh lempeng ditemukan pada tahun 1975 di dekat kota
Kediri, Jawa Timur. Sedangkan pada bulan Mei 2001, kembali ditemukan tiga
lempeng di lapak penjual barang loak, tak jauh dari lokasi penemuan sebelumnya.
Keseluruhan lempeng prasasti saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia,
Jakarta.
7. Prasastri Singosari
Prasasti Singosari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di
Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah
dan ditulis dengan Aksara Jawa.
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya
atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama
prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk
pemaparan letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti
ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.
8. Candi Jawi
Candi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan
Pandaan - Kecamatan Prigen dan Pringebukan. Candi Jawi banyak dikira sebagai
tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, namun sebenarnya merupakan
tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singhasari,
Kertanegara. Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari.
Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat
peribadatan Raja Kertanegara.
9. Prasasti Wurare
Prasasti Wurare adalah sebuah prasasti yang isinya memperingati
penobatan arca Mahaksobhya di sebuah tempat bernama Wurare (sehingga
prasastinya disebut Prasasti Wurare). Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta,
dan bertarikh 1211 Saka atau 21 November 1289. Arca tersebut sebagai
penghormatan dan perlambang bagi Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari,
yang dianggap oleh keturunannya telah mencapai derajat Jina (Buddha Agung).
Sedangkan tulisan prasastinya ditulis melingkar pada bagian bawahnya.
10. Candi Kidal
Candi Kidal adalah salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari.
Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja
kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 - 1248). Kematian
Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan
Singhasari, juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.
KERAJAAN
MAJAPAHIT
Setelah Raja Kertanegara wafat dalam
penyerangan Jayakatwang dari Kediri, maka berakhir pula riwayat Kerajaan
Singasari. Raja Kertanegara beserta semua pembesar istana tewas dalam
penyerangan tersebut. Sementara itu, Raden Wijaya(menantu Kertanegara) berhasil
melarikan diri dan meminta perlindungan kepada Aria Wiraraja (Adipati Sumenep)
di Madura.
Atas bantuan Arya Wiraraja pulalah Raden Wijaya
bisa diampuni oleh Jayakatwang dan kemudian menjadi orang kepercayaan raja
Kediri tersebut. Atas bantuan Arya Wiraraja pulalah Raden Wijaya dihadiahi
Hutan Tarik oleh Jayakatwang. Raden Wijaya beserta pengikutnya yang setia
membuka hutan Tarik(wilayah Trowulan, Mojokerto) untuk dihuni. Disinilah asal
mula berdirinya Majapahit. Kata Majapahit sendiri diambil dari buah Maja yang
rasanya pahit. Karena hutan Tarik banyak sekali buah Maja.
Pada tahun 1293 pasukan Kubilai Khan dari Cina
datang dengan tujuan untuk menghancurkan Kerajaan Singasari. Mereka tidak
mengetahui bahwa Singasari telah hancur. Hal ini dimanfaatkan oleh Raden Wijava
untuk membalas dendam kepada Raja Jayakatwang. Dengan siasat dari Aria
Wiraraja, dikatakanlah bahwa Raja Jawa itu adalah Jayakatwang, maka bergabunglah
pasukan Raden Wijaya dengan pasukan mongol untuk membalas dendam kepada
Jayakatwang. Dalam waktu singkat, Kerajaan Kediri hancur dan Raja Jayakatwang
terbunuh. Pasukan Kubilai Khan kembali ke pelabuhan, namun di tengah perjalanan
pasukan Raden Wijaya dengan bantuan pasukan Singasari dari Sumatera dan
tambahan bala tentara dari Kadipaten Sumenep menyerang pasukan tersebut.
Pasukan Kubilai Khan segera pergi dari tanah Jawa dan Raden Wijaya menjadi raja
dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Menurut kidung Harsa Wijaya
penobatannya itu terjadi pada tanggal 15 bulan Karttika (ri purneng
karttikamasa pancadasi) tahun 1215 saka (12 Nopember 1293 M).
1 .Candi Wringin Lawang
Berupa bangunan gapura agung dari bahan bata
merah dengan luas dasar 13 x 11 meter dan tinggi 15,5 meter dengan arsitektur
candi bentar atau “candi terbelah” yang sampai sekarang sering diaplikasikan
dalam gaya arsitektur Bali. Fungsi utama bangunan ini diduga adalah sebagai
pintu gerbang menuju kawasan utama di ibukota kerajaan Majapahit. Lokasinya
sangat mudah dijangkau karena terlihat dari jalan utama Surabaya-Solo, tepatnya
di daerah Brangkal, sebelum memasuki wilayah Trowulan.
2. Candi Brahu
Berlokasi di kawasan Bejijong, Trowulan yang
sekarang merupakan sentra pengrajin Kuningan dan Patung Batu. Candi Brahu
adalah bangunan suci peribadatan yang dipergunakan untuk memuliakan anggota
keluarga kerajaan yang telah wafat. Konon 4 raja pertama kerajaan Majapahit
yang wafat diperabukan/dikremasi di kompleks bangunan candi Brahu.
3. Candi Gentong
Candi ini masih dalam tahap restorasi, sehingga
wujudnya masih berupa reruntuhan bangunan yang belum bisa dinikmati dengan
nyaman. Lokasinya sendiri berdekatan dengan candi Brahu.
4. Candi Tikus
Adalah kolam pemandian ritual (petirtaan) yang
berbentuk bangunan kolam bujur sangkar berukuran 22,5 meter x 22,5 meter dengan
arsitektur teras-teras persegi yang dimahkotai menara-menara yang ditata dalam
susunan konsentris yang menjadi titik tertinggi bangunan ini. Pada sisi utara
terdapat sebuah tangga menuju dasar bangunan kolam. Struktur utama yang
menonjol dari dinding selatan diperkirakan mengambil bentuk gunung legendaris
Mahameru. Konon dulunya kolam ini dipergunakan sebagai tempat pemandian putri
raja-raja Majapahit. Nama Candi Tikus sendiri diambil lantaran dulunya lokasi
ini menjadi sarang tikus yang sering menjadi gangguan hama bagi sawah milik
penduduk
5.Candi Bajang Ratu
Lokasi Candi Bajang Ratu berdekatan dengan
Candi Tikus, berupa bangunan ramping nan anggun dengan arsitektur gapura
paduraksa setinggi 16,5 meter. Pada bagian atap terdapat aksesoris bangunan
yang menampilkan ukiran hiasan rumit/detail. Nama Bajang Ratu dalam bahasa jawa
berarti “Raja Kecil” dikaitkan masyarakat dengan raja kedua Majapahit yaitu
Jayanegara. Konon Jaya negara pernah jatuh saat kecil di tempat ini, sedang
yang lain beranggapan karena Raja Jayanegara naik tahta dalam usia sangat muda.
Sejarawan sendiri mengkaitkan bangunan Candi Bajang Ratu sebagai penghormatan
bagi Raja Jayanegara yang wafat tahun 1328 M.
6. Candi Kedaton
Candi Kedaton masih dalam tahap restorasi
hingga kini, karena wujudnya masih berupa misteri yang sulit dipecahkan. Pada
komplek candi ini terdapat beberapa bangunan berupa candi, sumur upas, lorong
rahasia, mulut gua, dan makam Islam. Para ahli sejarah masih berupaya
menyingkap misteri untuk menemukan bentuk bangunan candi ini. Namun ada dugaan
bahwa daerah Kedaton, dahulu merupakan kompleks ibukota pada masa-masa
Majapahit akhir.
7. Candi Minak Jinggo
Bangunan yang terletak didekat “kolam segaran”
ini hanya tersisa reruntuhnya saja, memiliki bentuk unik berupa kombinasi bahan
andesit dibagian luar dan baru di bagian dalam. Di Candi ini ditemukan arca
unik berwujud ukiran makhluk ajaib yang didentifikasi sebagai Qillin, makhluk
ajaib dalam mitologi China. Adanya penemuan arca ini menjadi isyarat kuat bahwa
terdapat hubungan budaya yang cukup kuat antara kerajaan Majapahit dengan
Dinasti Ming di China. Candi ini memiliki keterkaitan sangat erat dengan
legenda rakyat Danar Wulan dan Menak Jinggo.
8. Candi Grinting
Candi yang berlokasi di dusun Grinting, desa
karang jeruk kecamatan Jatirejo ini belum banyak diketahui umum. Informasi yang
diperoleh tentang wujud bangunan candi juga belum banyak, selain sisa pondasi
bangunan yang ditemukan oleh pembuat batu bata.
9. Pendopo Agung
Bangunan ini dulunya berupa penemuan
umpak-umpak besar yang diduga sisa dari sebuah bangunan pendapa agung, tempat
raja Majapahit menemui tamu-tamu kerajaan, letaknya juga di dekat Kolam
Segaran. Sekarang lokasi ini sudah dipugar oleh pihak Kodam V Brawijaya menjadi
bangunan pendapa yang nyaman untuk dikunjungi. Dibelakang bangunan ini terdapat
batu miring, yang konon menjadi tempat Mahapatih Gajah Mada mengikrarkan Sumpah
Palapa. Selain itu juga terdapat kompleks makam dan petilasan Raden Wijaya,
pendiri kerajaan Majapahit yang ramai dikunjungi oleh peziarah dan “konon”
kalangan pejabat yang ingin terkabul maksudnya terutama pada malam Jum’at.
10. Kolam Segaran
Adalah bangunan monumental berupa kolam besar
dari batu bata, berbentuk persegi panjang dengan ukuran 800 x 500 meter
persegi. Kedalaman Kolam Segaran sekitar 3 meter dengan tebal dinding 1,6
meter. Nama Segaran berasal dari bahasa Jawa 'segara' yang berarti 'laut',
mungkin masyarakat setempat mengibaratkan kolam besar ini sebagai miniatur
laut. Diduga fungsi kolam ini adalah sebagai reservoir air bagi pemukiman
penduduk kerajaan Majapahit yang padat, atau sebagai tempat latihan renang bagi
prajurit kerajaan.
11. Situs Lantai Segi Enam
Situs berupa sisa-sisa bangunan rumah ini memiliki keunikan tersendiri lantaran ditemukannya hamparan lantai kuno berupa paving blok berbentuk segi enam dari bahan tanah liat bakar yang dibuat halus, berukuran 34 x 29 x 6.5 cm. Pada situs kita bisa melihat sisa lantai, sisa dinding dan beberapa perabot dari bahan tembikar seperti gentong dan pot tanah liat. Diduga dulu situs yang terletak 500 m selatan Pendopo Agung ini merupakan bagian dari kompleks bangunan kerajaan, atau mungkin pula bangunan milik bangsawan kerajaan Majapahit.
12.Alun-Alun Watu Umpak
Situs ini terletak hanya sekitar 100 meter dari situs candi Kedaton, berupa kumpulan batu-batu umpak besar yang tersusun rapi. Diduga situs ini adalah bekas bangunan kerajaan Majapahit yang berkaitan pula dengan situs candi Kedaton.
13. Makam Putri Campa
Merupakan kompleks pemakaman Islam kuno di
dekat Candi Menak Jinggo dengan fokus berupa makam putri Campa, yang konon
adalah selir atau istri raja Majapahit periode akhir. Dari bentuk makam
diperkirakan Putri Campa yang wafat tahun 1448 M menganut agama Islam, dan
konon berhasil mengajak raja Majapahit terakhir untuk memeluk agama Islam.
Seperti diketahui bahwa Raden Patah, pendiri kerajaan Demak yang notabene
kerajaan Islam pertama di Jawa, adalah termasuk putra dari raja Brawijaya, raja
Majapahit pada periode akhir.
14. Makam Troloyo
Merupakan kompleks pemakaman Islam kuno, dimana
kebanyakan batu nisan disana berangka tahun 1350 dan 1478. Makam Troloyo
membuktikan bahwa komunitas muslim bukan hanya telah ada di pulau Jawa pada
pertengahan abad ke-14, tapi juga sebagai bukti bahwa agama Islam telah diakui
dan dianut oleh sebagian kecil penduduk ibu kota Majapahit
15. Siti Inggil
Siti Inggil atau yang artinya Tanah Tinggi atau mungkin dikonotasikan dengan Tanah yang di-Agungkan terletak di dekat lokasi Candi Brahu. Konon Siti Inggil dulunya berupa punden yang pernah menjadi tempat pertapaan Raden Wijaya. Di lokasi ini terdapat situs berupa 2 buah makam yaitu makam Sapu Angin dan Sapu Jagat yang dikeramatkan oleh penduduk dan banyak dikunjungi oleh peziarah terutama saat malam Jumat.
16.Candi Jolotundo
Candi ini terletak di lereng Gunung Bekal, salah satu puncak dari pegunungan Penanggungan. Tepatnya di Desa Seloliman Kecamatan Trawas. Bangunannya terbuat dari batu kali dengan ukuran panjang 16,85 m lebar 13,52 m tinggi 5,20 m. Menurut data sejarah candi ini menunjukkan angka tahun 977 M, dan di sebelah kiri dinding belakang candi terdapat tulisan GEMPENG, disamping itu di sebelah sudut tenggara juga ada tulisannya.
17. Reco Lanang
Arca yang terbuat dari batu andesip dengan ukuran tinggi 5,7 meter ini merupakan gambaran dari perwujudan salah satu Dhani Budha yang disebut Aksobnya yang menguasai arah mata angin sebelah timur. Agama Budha Mahayana mengenal adanya beberapa bentuk kebudhaan yaitu Dhyani Bodhisatwa dan manusi Budhi. Dhyani Budha digambarkan dalam perwujudan Budha yang selalu bertafakur dan berada di langit. Dengan kekuatannya ia memancarkan seorang manusi Budha yang bertugas mengajarkan dharma di dunia.
18.Api Abadi Bekucuk
Menurut legenda yang beredar pada sebagian masyarakat, konon Api ajaib bekucuk sudah terkenal pada masa kerajaan Majapahit Api yang mengagumkan tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk berbagai kepentingan Api Bekucuk pernah menjadi perhatian masyarakat pada tahun 1933 yaitu bermunculan sumber api kecil di pekarangan dan rumah penduduk sehingga Pemerintah Kabupaten Mojokerto mengadakan peninjauan atau penelitian.
19.Museum Purbakala Trowulan
Terletak di wilayah Dusun Trowulan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan. Museum Purbakala Trowulan dapat dicapai menggunakan semua moda transportasi baik melalui jalan raya Trowulan atau jalan kecamatan tepat di seberang Kolam Segaran. Museum Purbakala Trowulan didirikan oleh Kanjeng Adipati Ario Kromojoyo Adinegoro bersama Ir. Henry Maclaine Pont pada tahun 1942 dengan tujuan untuk menampung artefak hasil penelitian arkeologi di sekitar Trowulan. (WIKI/bbg)
20. Prasasti Majapahit di Blitar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar