Sabtu, 04 Februari 2017

Tentang Kebakaran Lengkap



KEBAKARAN
http://cikalnews.com/static/data/berita/foto/besar/3129667462kebakaran-hutan22.jpg

Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran.
Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar.
Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal dari sebuah sinonim dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa Pertengahan sebagai senjata maritime.
Kebakaran Hutan merupakan suatu faktor lingkungan dari api yang memberikan pengaruh terhadap hutan, menimbulkan dampak negatif maupun positif. Kebakaran Hutan yang terjadi adalah akibat ulah manusia maupun faktor alam. Penyebab Kebakaran Hutan yang terbanyak karena tindakan dan kelalaian manusia. Ada yang menyebutkan hampir 90% Kebakaran Hutan disebabkan oleh manusia sedangkan hanya 10% yang disebabkan oleh alam.
Pengertian dan definisi lain yang diberikan untuk Kebakaran Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga berakibat timbulnya kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian lingkungan. Upaya pencegahan Kebakaran Hutan merupakan suatu usaha Perlindungan Hutan agar kebakaran hutan yang berdampak negatif tidak meluas.
Menurut Kamus Kehutanan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Kebakaran Hutan (Wild Fire Free Burning, Forest Fire) didefinisikan sebagai :
  1. Kebakaran yang tidak disebabkan oleh unsur kesengajaan yang mengakibatkan kerugian. Kebakaran terjadi karena faktor-faktor:
    • alam (misalnya musim kemarau yang terlalu lama)
    • manusia (misalnya karena kelalaian manusia membuat api di tengah-tengah hutan di musim kemarau atau di hutan-hutan yang mudah terbakar.
  2. Bentuk Kerusakan Hutan yang disebabkan oleh api di dalam areal hutan negara.


Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan Indonesia disebut juga Api Hutan. Selanjutnya dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau Api Hutan adalah Api Liar yang terjadi di dalam hutan, yang membakar sebagian atau seluruh komponen hutan. Dikenal ada 3 macam kebakaran hutan, Jenis-jenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Api Permukaan atau Kebakaran Permukaan yaitu kebakaran yang terjadi pada lantai hutan dan membakar seresah, kayu-kayu kering dan tanaman bawah. Sifat api permukaan cepat merambat, nyalanya besar dan panas, namun cepat padam. Dalam kenyataannya semua tipe kebakaran berasal dari api permukaan.
  2. Api Tajuk atau Kebakaran Tajuk yaitu kebakaran yang membakar seluruh tajuk tanaman pokok terutama pada jenis-jenis hutan yang daunnya mudah terbakar. Apabila tajuk hutan cukup rapat, maka api yang terjadi cepat merambat dari satu tajuk ke tajuk yang lain. Hal ini tidak terjadi apabila tajuk-tajuk pohon penyusun tidak saling bersentuhan.
  3. Api Tanah adalah api yang membakar lapisan organik yang dibawah lantai hutan. Oleh karena sedikit udara dan bahan organik ini, kebakaran yang terjadi tidak ditandai dengan adanya nyala api. Penyebaran api juga sangat lambat, bahan api tertahan dalam waktu yang lama pada suatu tempat.

A. Penyebab Kebakaran
Secara luas diketahui bahwa kebakaran hutan terjadi bila tiga unsur yaitu panas, bahan bakar dan oksigen bertemu. Jika salah satu dari ketiga unsur tersebut tak ada, maka kebakaran hutan tak akan terjadi. Karena oksigen terdapat hampir merata disemua wilayah, hanya dua unsur lainnya, yaitu panas dan bahan bakar yang dibahas.

1. Panas
Dalam kebakaran hutan, unsur ini hanya berperan pada masa kemarau, terutama kemarau panjang. Hampir diseluruh Indonesia musim Kemarau terjadi setiap tahun, pada bulan-bulan tertentu yang dapat diperkirakan sebelumnya. Musim kemarau panjang umumnya datang setiap 5-10 tahun sekali, kecuali untuk Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya bagian Selatan (Merauke), musim kemarau panjang terjadi setiap tahun. Erat kaitannya dengan panas adalah sumber api. Umumnya disepakati bahwa 90 % sumber api yang mengakibatkan kebakaran hutan berasal dari manusia, sedangkan selebihnya berasal dari alam.
a). Sumber api yang berasal dari manusia digolongkan menjadi :
Yang diyatakan secara sengaja, dalam kaitannya dengan perladangan, pengembalaan ternak, perburuan binatang liar, persiapan penanaman (perkebunan, kehutanan), tindakan iseng (untuk kesenangan), balas dendam terhadap petugas kehutanan, mengalihkan perhatian petugas (untuk dapat mencuri hasil hutan ditempat lain), pembuatan api unggun, dan lain-lain.
Api yang berasal dari kebakaran ladang, menurut hasil penelitian  Nana-Supriatna di Sumatra Utara, memberikan andil 54 % terhadap terjadinya kebakaran hutan. Angka tersebut nampaknya berlaku untuk daerah lain diluar Pulau Jawa.
Perlu dicatat, bahwa penggunaan api untuk perladangan, perkebunan, kehutanan dan lain-lain tak terhindarkan namun tentu saja  tak harus mengakibatkan kebakaran hutan, asal terkendali.
Yang tak disegaja, seperti api dari kereta api, pekerja hutan, pengunjung objek wisata hutan, obor, puntung rokok, perkemahan, dapur arang, dan lain-lain.


b). Faktor alam, misalnya api yang timbul karena terjadinya petir, meletusnya gunung berapi dan api abadi.
Di Indonesia, api dari petir sangat jarang mengakibatkan kebakaran hutan, karena terjadinya justru pada musim penghujan. Api abadi juga kecil peluangnya mengakibatkan kebakaran hutan karena disekeliling api letusan gunung, apalagi letusan gunung dimusim kemarau, dapat dibilang jarang terjadi, dan karenanya juga jarang mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan. Dengan demikian, sumber api kebakaran hutan di Indonesia hampir 100 % berasal dari manusia.

2. Bahan Bakar
Bahan bakar merupakan factor yang paling dominan sebagai penyebab kebakaran hutan.
Di Taman Nasional Wasur, Irian Jaya, misalnya, kemarau panjang dan juga kebakaran hutan, terjadi setiap tahun diareal yang luas. Namun kebakarannya tidak pernah besar, karena serasah hutan yang menjadi bahan bakar tipis saja.
Di Kalimantan dan Sumatra, terutama didaerah bergambut atau areal bekas tambangan, kebakaran hutan yang terjadi pada musim kemarau panjang dapat dipastikan merupakan kebakaran besar. Seperti kebakaran hutan tahun 1982/1983 di Kalimantan Timur dan tahun 1994 di Sumatra Selatan, Jambi, Riau dan Kalimantan. Kecuali berlangsung lama (Kebakaran di Kaltim tahun 1982/1983 berlangsung sekitar 6 bulan), juga menimbulkan asap tebal yang dapat mengganggu kegiatan hidup manusia. Kaitannya dengan upaya pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan, berikut adalah hal-hal yang perlu mendapat perhatian :

a)  Hutan Primer
Pada hutan ini, serasah dilantai hutan tipis, kelembaban tinggi serta suhunyapun rendah, karena penutupan tajuk mendekati 100 %. Sinar matahari yang sampai kelantai hutan hampir mendekati 0 %. Ini rupanya kunci jawaban, mengapa sebelum HPH beroperasi, kebakaran hutan besar seperti tahun 1982/1983 dan 1994 jarang terjadi (walaupun kegiatan perladangan berpindah yang merupkan penyebab utama kebkaran hutan, telah berlangsung sejak HPH belum beroperasi).

b) Areal Bekas Tebangan
Pada areal bekas tebangan, menumpuk serasah hutan yang tebal. Dari setiap batang pohon yang ditebang, hanya log hingga cabang besar pertama diambil. Selebihnya termasuk cabang kecil, ranting, daun, ditinggal didalam hutan. Disamping itu setiap pohon besar (diameter lebih 50 cm ) ditebang, menurut Sagala, turut tumbang atau cacat dan akhirnya mati 10 pohon lain berdiameter 20 cm keatas. Semuanya itu mengakibatkan terjadinya penumpukan serasah hutan yang sangat tebal. Serasah tebal tersebut berada dibawah tajuk yang terbuka, karena pada musim kemarau kelembabannya rendah, sedang suhunya tinggi, sehingga mudah dilalap api. Bila terjadi kebakaran hutan dimusim kemarau panjang pada areal bekas tebangan, api pasti tak dapat dipadamkan.

c) Areal Tanaman
Pada areal tanaman, yang penutupan tajuknya belum 100 % terdapat bahan yang mudah terbakar berupa alang-alang atau semak belukar. Seperti halnya diareal bekas tebangan, pada musim kemarau suhu dilantai hutan tanaman sudah juga cukup tinggi. Resiko terjadinya kebakaran cukup tinggi.



d) Hutan Gambut
Pada hutan gambut, bahan bakar terletak dibawah permukaan tanah, yaitu gambut itu sendiri. Pada musim penghujan, lahan gambut umumnya terendam air.
Pada musim kemarau normal, hanya lapisan atas saja yang kering, sehingga tidak mudah terbakar. Namun pada musim kemarau panjang lapisan gambut yang tebalnya dapat mencapai puluhan cm, dalam keadaan kering dan mudah terbakar. Bila kebakaran terjadi, walaupun merambat secara perlahan, api gambut susah dipadamkan.

e)  Alang-alan dan Semak belukar
Serasah dipadang alang-alang dan semak belukar mudah terbakar sekalipun kemarau tidak panjang. Namun karena bahan bakarnya sedikit, api tidak sehebat pada kebakaran hutan gambut maupun hutan bekas tebangan.


B.  Dampak Kebakaran
Dampak kebakaran hutan juga perlu diketahui dapat positif maupun negatif. Dampak positif seperti misalnya dipercepatnya peremajan alam, pelapukan tanah, terbantunya kehidupan satwa liar, terkurangi termusnahkannya hama dan penyakit. Sedangkan dampak negatif sebagai berikut :

1. Rusak atau Musnahnya Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
Kebakaran hutan mengakibatkan rusak atau musnahnya kayu yang sejak dua decade terakhir sedemikian penting. Kebakaran hutan di Kaltim 1982/1983 menurut laporan asing yang dikutip oleh Zoefri Hamzah dan Ari Wibowo, diketahui memusnahkan kayu senilai US $ 5,6 miliar – US $ 7,4 miliar. Disamping itu musnah pula hasil hutan lainnya berupa rotan, damar, getah-getahan, binatang buruan, buah-buahan hutan, dan lain-lain. Semuanya itu mengakibatkan banyak pihak seperti pengusaha hutan, rakyat yang tinggal disekitar hutan, pemburu, turis penerbit surat kabar, dan lain-lain menderita kerugian.
Kebakaran yang terjadi berulang-ulang dalam jangka yang lama tak dapat disangkal lagi telah mengubah jutaan hektar jutaan hutan di Sumtra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, menjadi pada alang-alang yang tak produktif.

2.  Kerusakan Lingkungan
Kebakaran hutan mengakibatkan berbagai kerusakan yang  tak ternilai, seperti rusaknya lingkungan, terganggunya tata air, musnahnya sumber plasma nutfah atau berkuranganya keanekaragaman hayati, timbulnya erosi dan lain-lain. Untuk memperbaiki lingkungan yang rusak tersebut, diperlukan biaya yang besar dan waktu yang lama.
Rusaknya lingkungan tersebut semakin terasa akibatnya, mengingat hutan tropis juga berfungsi sebagai paru-paru dunia. Dengan kata lain, dampak kebakaran hutan merugikan seluruh penduduk dunia.

3. Asap
Setiap kali terjadi kebakaran hutan, sebagian atau seluruh Sumatra dan Kalimantan, tertutup asap tebal. Transportasi baik darat, sungai/laut maupun udara terganggu dan beresiko terjadi kecelakaan. Bahkan negara kita di cap sebagai negara pengekspor asap bagi negara tetangganya. Selain itu,asap yang berasal dari kebakaran hutan (dan kebakaran lahan lainnya) juga berpengaruh pada kesehatan dan kegiatan pariwisata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar