Sabtu, 04 Februari 2017

SKI - Khalifah Sulaiman Bin Abdul Malik



TUGAS SKI
KHALIFAH SULAIMAN BIN ABDUL MALIK (715 – 717 H )



MA.jpg


Kelompok 7 :

v Pinggih
v Rizka Fauziah
v Rizki Mustafa

Kelas :

MADRASAH ALIYAH YAPIA PARUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

Sulaiman bin Malik merpakan khalifah ke 7 Bani Umayyah. Dalam pemilihan Sulaiman menjadi khalifah diawali dengan sebuah konflik yaitu akan dipecatnya Sulaiman sebagai putra mahkota dan akan digantikan oleh Abdul Aziz yang merupakan putra kandung dari Marwan bin Hakam, namun jabatan khalifah tetap dipegang oleh Sulaiman bin Abdul Malik pada saat itu. Dan pada masa kekhalifahannya Sulaiman bin Malik melampiaskan sakit hatinya sehingga pada kepemimpinannya. Sehingga Ia dibenci oleh rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu. Para pejabatnya terpecah belah, demikian pula masyarakatnya. Pemerintahan sulaiman yang singakat mirip dengan pendahulunya. Ekspansi dilanjutkan di timur dan di barat, tetapi usaha untuk menyerang istambul tidak membawa hasil.
Pada pemerintahan sulaiman banyak sekali terjadi kontroversi mengenai siapakah pengganti dari saudaranya, al-Walid. al-Walid yang menginginkan anaknya menjadi penggantinya tetap bersikukuh dengan pendiriannya. Banyak gejolak yang timbul akibat kontroversi pemerintahan Sulaiman bin Abdul Malik. Dan banyak terjadi ekspansi dan ekspedisi-ekspedisi ke Jujar dan Tabaristan pada masa pemerintahannya.
Sulaiman bin Abdul Malik dalam kaitan mengenai kekholifahannya, bahwa ternyata seorang putra yang tidak pantas dan seorang adik yang tidak bernilai. Di masa pemerintahannya yang singkat, tiga tahun, dia banyak melakukan hal yang tolol. Dia bersikap baik terhadap bangsa Arab Yaman dan membenci bangsa Arab Hijaz. Ia senang sekali bersenang-senang dan disanjung-sanjung.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Sulaiman Bin Abdul Malik ( 96-99 H / 714-717 M )
Sulaiman Ibn Abdul Malik Bin Marwan dilahirkan pada tahun 54 H. Ayahnya bernama Abdul Malik Bin Marwan. Dan sebelum ia menjabat sebagai kepala pemerintahan, kakaknya yaitu Walid Bin Abdul Malik  sudah menjadi khalifah menggantikan ayahnya. Menurut At-Thabari, Sulaiman adalah kunci kebaikan yang membebaskan tawanan perang dan mengampuni orang-orang yang dihukum dalam penjara selain itu Sulaiman juga berbakti kepada rakyat. Sedangkan menurut As-Sayuthi, Sulaiman adalah khalifah Bani Umayah yang terbaik, dia dapat berbicara fasih dan  lancar,  sangat mengutamakan keadilan dan gemar berperang.  Tatkala duduk sebagai khalifah, ia memerintahkan semua jajaran dan rakyatnya untuk melakukan salat tepat waktu dimana sebelumnya di akhirkan hingga keakhir waktu. Di awal pemerintahannya di awali aksi balas dendam terhadapnya dari pemimpin-pemimpin besar.
Selain sifat-sifat yang diatas, Sulaiman juga mempunyai sikap kejam dan juga tamak. Dan kecinta-cntaannya yang berlebih pada masalah duniawi nya. Seperti penganiayaan yang dilakukan terhadap panglima besar, Musa Ibn Nushair.  Dan penganiayaan itu bukan berpangkal kepada masalah putra mahkota tetapi semata-mata timbul dari ketamakan Sulaiman sendiri dan kecintaannya yang berebih kepada keduniyaan. Kalifah Sulaiman Bin Abdul Malik tidak sebijak kakaknya, ia kurang bijaksana, suka harta sebagaimana yang diperlihatkan ketika ia menginginkan harta rampasan perang (Ghanimah) dari Spanyol yang dibawa oleh Musa Bin Nushair yang akan diberikan kepada Al-Walid. Khalifah Sulaiman Bin Abdul Malik dibenci oleh rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu. Para pejabatnya terpecah belah, demikian masyarkatnya. Orang-orang yang berjasa di masa para pendahulunya di siksa, seperti keluarga Hajjaj Bin Yusuf dan Muhammad Bin Qhasim yang menundukkan India.

B.     Masa Pemerintahan Sulaiman Bin Abdul Malik
Penaklukan di masa pemerintahannya sangatlah terbatas. Dikawasan barat dia menyerang konstantinopel melalui darat dan laut. Penyerangan ini di pimpin oleh Maslamah Bin Abdul Mali. Maslamah tinggal ditempat itu dan bersumpah tidak kembali sebelum dapat menaklukan konstantinopel. Maslamah meninggal pada saat melakukan pengepungan kota itu pada tahun 99 H / 717 M. sedangkan dikawasan lain Yazid Bin Muhallab berhasil menaklukkan Jurjan dan Thibristan pada tahun 98 H / 716 M.
Perkembangan pembaharuan yang dilakukan Sulaiman Bin Abdul Malik secara cermat kedalam perkembangan radikalisme yang ditetapkan oleh Umar II telah bergeser, dan sama benar dengan perkembangan berbagai revolusi besar di Eropa dalam II abad terakhir ini. Sulaiman bergerak begitu hati-hati sehingga kebijakan politiknya sulit dikategorisasikan. Sumber-sumber lain menunjukkan ketidakjelasan mengenai dirinya dengan menekannkan kebiasaannya banyak makan dan keinginannya untuk melampiaskan nafsu seksualnya yang begitu besar, sembari tetap memuji untuk berbalik kepada kebijakan-kebijakan Hajjaj dan penunjukkan Umar II sebagai penggantinya. Ini tidak dapat diragukan bahwa menandai penyimpangan yang tegas dari kebijakan-kebijakan Abdul Malik. Tentu saja tindakannya yang pertama kali dilakukannya tanpa ragu-ragu adalah mengenai hal ini, yakni melumpuhkan semua pendukung Hajjaj dalam rangka mendukung orang-orang Yaman yang lebih liberal dan moderat.
 Yazid Bin Al-Muhallab Bin Abi Sufrah, misalnya ditunjuk untuk menggantikan kedudukan seorang pendukung Hajjaj sebagai Gubernur Irak. Dia adalah orang yang memiliki kemampuan tetapi juga seorang pemimpin Yaman yang terkenal, dan karena inilah Hajjaj berusaha memotong karirnya pada tahun 704 M / 84 H dengan membujuk Abdul Malik agar memecatnya setelah dua tahun menjadi Gubernur Khurasan. Bila tindakan pertama Sulaiman menunjukkan penyimpangan sama sekali dari kebijakan-kebijakan Hajjaj,  kebijakan luar negerinya justru lamban dan penuh kewaspadaan dalam beberapa hal tampaknya ia merupakan yang paling berperan dari kebijakan-kebijkan politik sebelumnya.
Di Khurasan, Sulaiman tidak terlalu ramah dibandingkan para pemberontak yang melawan Quthaibah. Dia mengakui bahwa kebijakan ini tidak akan merakyat dan karena itu mengirim Yazid dengan pasukannya  dari kalangan orang-orang Syiria yang ditempatkan di Wasith. Ini diperkirakan untuk perluasan politik Hajjaj ke wilayah Khurasan, tetapi begitu Yazid datang kesana ternyata kebijakan polotiknya berbeda dengan kebijakan politik Khutaibah.
Kebijakan politik Sulaiman mengenai Front Byzantium, meskipun sangat jelek dan sederhana, ternyata juga tidak cukup membantu menentukan garis politiknya. Untuk mengakhiri penyerbuan yang tiada hentinya dan melelahkan di sepanjang Front Byzantium, Sulaiman menetapkan untuk menghancurkan kerajaan Byzantium itu sendiri dengan penduduk Konstantinopel, yang terencana secara cermat dan dengan kekuatan besar. Selama masa pemerintahannya Sulaiman secara terang-terangan menentang Qhais dan mendukung para pemimpin Yaman. Secara berimbang, dia melanjtukan kebijakan politik Imperial yang sama sebagai mana pendahulunya hanya memperlunaknya dengan memasukkan orang-orang bukan Arab kedalam susunan ini. Pemerintahannya sangat singkat dan bisa ditafsirkan lebih dari satu macam. Karena itulah ia dikenal oleh para sejarawan sebagai tokoh yang paling sulit difahami.
Menjelang wafatnya Sulaiman, penasehat kerajaan bernama Raja Ibn Haiwah menasehati beliau: “Wahai Amirul Mukmini, antara perkara yang menyebabkan engkau dijaga didalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihan mu ?” Khalifah Sulaiman menjawab: “Aku  melihat Umar Ibn Abdul Aziz.”
Surat wasiat di arahkan supaya ditulis nama Umar Ibn Abdul Aziz zebagai penerus ke khalifahan, tetapi dirahasiakan dari kalngan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman, beliau memerintahkan agar  para menteri dan para Gubernur berbai’at dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.

C. Penaklukan Yang Dilakukan Dalam Pemerintahan Khalifah Sulaiman
1.      Meluaskan jajahan takluk hingga ke Yurjan dan Tabarkistan oleh wakil pemerintah di Khurasan, Yazid bin Al-Muhallah.
2.      Pada tahun 93 hijrah Maisalamah bin Abdul Malik ditugaskan memimpin tentera menyerang Constantinople.
3.      Jeneral Leo panglima Rome Timur di Constantinople yang berjumpa dengan khalifah Sulaiman yang telah dilucutkan jawatannya telah belot dan pergi ke Damsyik menawarkan diri menunjuk bagaimana cara yang berkesan menyerang Constantinople. Akhirnya tawaran itu diterima oleh khalifah dan menghantar saudaranya Maisalamah bin Abdul Malik (yang kebetulan masa itu raja Rome telah mati). Kesudahannya Islam mendapat kalah teruk kerana Jeneral Leo telah berpaling tadah setelah dipujuk supaya berjuang kembali kepada negaranya dengan satu perjanjian, iaitu apabila mereka menang, dia akan menjadi raja di Constantinople.
4.      Walaupun tentera Islam berundur di Constantinople, tetapi tidak pula di Sepanyol. Penglimanya Al-Hur bin Abdul Rahman memimpin tentera Islam dan berjaya menakluki daerah-daerah sekitar lembah Garonne dan selatan Perancis dalam tahun 717 masehi bersamaan 95 hijrah.

D. Kepincangan Yang Dilakukan Oleh Khalifah Sulaiman Bin Abdul Malik
1.      Memecat semula panglima-panglima perang yang bersubahat dengan abangnya Al-Walid dahulu kerana hendak melantik anaknya sendiri Abdul Aziz.
2.      Memecat dua orang panglima perang yang berjasa, iaitu Muhammad bin Al-Qassim dan Qutaibah bin Muslim. Mereka telah diseksa lalu dibunuh.
3.      Memenjarakan Musa bin Nusair seorang panglima perang yang berjasa kerana membawa harta rampasan ke Damsyik semasa pemerintahan khalifah Al-Walid yang ada pada masa itu sedang sakit.
4. Bersikap benci kepada panglima Hajjaj dan menuduh beliau untuk melakukan pergulingan (rampas kuasa).
4.     Membebaskan orang yang ditahan oleh Hajjaj bin Yusof.
E. Faktor-Faktor Kemunduran Bani Umayyah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor tersebut antara lain:
  1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru (bid’ah) bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas, sehingga menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
  2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa ‘Ali –radhiyallaahu ‘anhu-. Sisa-sisa Syi’ah dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah.
  3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non-Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
  4. Lemahnya para khalifah, kecenderungan mereka hidup santai, sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan dan keluarnya mereka dari prinsip-prinsip Islam yang menjadi tonggak tegaknya sebuah negara. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
  5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas bin Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Khalifah Sulaiman Bin Abdul Malik adalah putra dari Abdul Malik Bin Marwan. Dia adalah seorang khalifah yang kurang bijaksana, tamak dan tidak bisa mengatur pemerintahannya sendiri sehingga dari para pejabatnya dan rakyatnya terbengkalai. Di lain sisi, ia juga mempunyai sifat yang suka berperang namun kecntaannya itu tertoreh akan sifat yang buruk, suka balas dendam kepada orang lain. Diantaranya adalah Hajjaj.
Sikap yang bisa ambil sebagai teladan diantaranya :
1.      Khalifah adalah suatu amanat. Kita harus mempertanggung jawabkannya kepada Allah dan juga rakyat. Menampung semua aspirasi rakyat juga melaksanakannya dengan baik dan benar merupakan salah satu suri teladan yang bisa di tiru.
2.      Meningkatkan kualitas pada diri sendiri. Seperti halnya mahir dalam bertutur kata, akan menciptakan manusia yang kompetitif serta berkemampuan tinggi.
3.      Menjalankan syari’at agama tak luput dari kesuksesan seseorang. Salah satunya dengan melaksanakan salat pada waktunya.
4.      Balas dendam tidak diperbolehkan apabila itu menjurus kepada hal-hal yang akan merugikan orang lain.
5.      Janji adalah hutang. Jangan sekali-kali mengingkari janji yang telah terlontar dari lidah.
Pada masa pemerintahannya juga tidak begitu berkembang pesat ataupun meninggalkan keunggulan-keunggulan. Oleh karenanya, tidak banyak referensi yang menuliskan sejarah mengenai Sulaiman Bin Abdul Malik.  Jasa-jasanya yang bisa dilihat adalah mengangkat Umar II atau Umar Bin Abdul Aziz menggantikan jabatan kekhalifahannya.
Pengangkatan pengganti Sulaiman Bin Abdul Malik yaitu Umara Bin Abdul Aziz secara sirri atau sembunyi-sembunyi dimaksudkan untuk menghindarkn persengketaan yang terjadi di antara para keluarga Sulaiman.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar