MAKALAH
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Disusun Oleh :
v Furry Herdina Budiman
v Kiki Kusmiati
v Oktavia
v Pani Mulyawati
v Rifka Rafelia
v Siti Aulia Dzulkhusna
v Weni Septiyani
YAYASAN MUZTAHIDIN AL-AYUBI (YMA)
SMK TARUNA TERPADU 2 (BORCESS)
XII PEMASARAN 1
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Persiapan Menuju
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)”.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Bogor,
17 Februari 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebanyak 10 kepala
negara/kepala pemerintahan ASEAN, termasuk Indonesia, melakukan pertemuan di
Phnom Penh, Kamboja pada 18 November 2014, dalam rangkaian KTT ASEAN
ke-21 dan KTT terkait lainnya. Adapun pertemuan tersebut secara khusus membahas
masalah internal ASEAN dan hubungan ASEAN dengan berbagai mitranya. Salah satu
hal yang menjadi kesepakatan para pemimpin ASEAN adalah untuk melipatgandakan
upaya dan memfokuskan diri pada langkah-langkah strategis untuk mewujudkan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) pada tahun 2015.
Kebutuhan untuk meningkatkan
kesadaran dan pemahaman mengenai AEC 2015 merupakan tantangan semua negara
anggota terutama Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan yaitu:
“Bagaimana persiapan kita selaku generasi muda Indoneisa
dalam rangka menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)?”
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini
yaitu:
Untuk mengetahui persiapan
kita selaku generasi muda Indoneisa dalam rangka menuju Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Masyarakat Ekonomi Asean
adalah integrasi kawasan ASEAN dalam bidang perekonomian. Pembentukan MEA
dilandaskan pada empat pilar. Pertama, menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal
dan pusat produksi. Kedua, menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif. Ketiga,
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, dan pilar terakhir adalah
integrasi ke ekonomi global.
Penyatuan ini ditujukan untuk
meningkatkan daya saing kawasan, mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan angka
kemiskinan dan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat ASEAN. Integrasi ini
diharapkan akan membangun perekonomian ASEAN serta mengarahkan ASEAN sebagai
tulang punggung perekonomian Asia.
Dengan dimulainya MEA maka
setiap negara anggota ASEAN harus meleburkan batas teritori dalam sebuah pasar
bebas. MEA akan menyatukan pasar setiap negara dalam kawasan menjadi pasar
tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus barang dan jasa yang bebas merupakan
sebuah kemestian. Selain itu negara dalam kawasan juga diharuskan membebaskan
arus investasi, modal dan tenaga terampil.
MEA memang sebuah kesepakatan
yang mempunyai tujuan yang luar biasa namun beberapa pihak juga mengkhawatirkan
kesepakatan ini. Arus bebas barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja
tersebut tak pelak menghadirkan kekhawatiran tersendiri bagi beberapa pihak.
Dalam hal ini pasar potensial domestik dan lapangan pekerjaan menjadi taruhan.
Sekedar bahan renungan, indek daya saing global Indonesia tahun 2013-2014
(rangking 38) yang jauh di bawah Singapura (2), Malaysia (24), Brunai
Darussalam (26) dan satu peringkat di bawah Thailand (37). Di sisi lain coba
kita lihat populasi Indonesia yang hampir mencapai 40% populasi ASEAN. Sebuah
pasar yang besar tapi tak didukung daya saing yang maksimal. Jangan sampai
Indonesia mengulang dampak perdagangan bebas ASEAN China. Berharap peningkatan
perekonomian malah kebanjiran produk China.
B. Peluang dan tantangan Indonesia dalam kegiatan
Masyarakat Ekonomi ASEAN
1. Pada Sisi Perdagangan
Menurut Santoso pada tahun 2008 Bagi Indonesia sendiri, MEA
akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung
berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi
lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas
komoditas yang diperjual-belikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet,
produk kayu, tekstil, dan barang elektronik.
2. Pada Sisi Investasi
kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign
Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui
perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya
manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia.
3. Aspek Ketenagakerjaan
Terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja
karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan
keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam
rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada
hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para
wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang
diinginkan.
Riset terbaru dari Organisasi
Perburuhan Dunia atau ILO menyebutkan pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan
manfaat yang besar. Selain dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru, skema
ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia
Tenggara. Pada 2015 mendatang, ILO merinci bahwa permintaan tenaga kerja
profesional akan naik 41% atau sekitar 14 juta. Sementara permintaan akan
tenaga kerja kelas menengah akan naik 22% atau 38 juta, sementara tenaga kerja
level rendah meningkat 24% atau 12 juta.
Namun laporan ini memprediksi
bahwa banyak perusahaan yang akan menemukan pegawainya kurang terampil atau
bahkan salah penempatan kerja karena kurangnya pelatihan dan pendidikan
profesi.
Jadi, penulis menyimpulkan
bahwa peluang dan tantangan Indonesia dalam Mayarakat Ekonomi ASEAN sangatlah
besar. Indonesia dapat memperoleh beberapa keuntungan diantaranya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Namun hal itu juga harus diikuti oleh perbaikan kualitas
sumber daya manusia, dan pemanfaatan sumber daya alam semaksimal mungkin.
C. Resiko yang dihadapi Indonesia saat MEA
1. competition risk akan
muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke
Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan
produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya
akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
2. exploitation risk dengan
skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang
masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam
melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga
eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di
Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat
untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang
terkandung.
3. risiko ketenagakarejaan dilihat
dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan
tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi
industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat
keempat di ASEAN.
Menurut Media Indonesia, Kamis
27 Maret 2014, dengan adanya pasar barang dan jasa secara bebas tersebut akan
mengakibatkan tenaga kerja asing dengan mudah masuk dan bekerja di Indonesia
sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja yang semakin ketat di bidang
ketenagakerjaan.
Saat MEA berlaku, di bidang
ketenagakerjaan ada 8 (delapan) profesi yang telah disepakati untuk dibuka,
yaitu insinyur, arsitek, perawat, tenaga survei, tenaga pariwisata, praktisi
medis, dokter gigi, dan akuntan Hal inilah yang akan menjadi ujian baru bagi
masalah dunia ketenagakerjaan di Indonesia karena setiap negara pasti telah
bersiap diri di bidang ketanagakerjaannya dalam menghadapi MEA. Bagaimana
dengan Indonesia? Dalam rangka ketahanan nasional dengan tetap melihat peluang
dan menghadapi tantangan bangsa Indonesia di era MEA nantinya, khususnya
terhadap kesiapan tenaga kerja Indonesia sangat diperlukan langkah-langkah
konkrit agar bisa bersaing menghadapi tenaga kerja asing tersebut.
Namun disisi lain, dengan
adanya MEA, tentu akan memacu pertumbuhan investasi baik dari luar maupun dalam
negeri sehingga akan membuka lapangan pekerjaan baru. Selain itu, penduduk Indonesia akan dapat mencari pekerjaan di negara ASEAN lainnya dengan aturan yang
relatif akan lebih mudah dengan adanya MEA ini karena dengan terlambatnya perekonomian nasional saat ini dan
didasarkan pada data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran per
februari 2014 dibandingkan Februari 2013 hanya berkurang 50.000 orang. Padahal
bila melihat jumlah pengguran tiga tahun terakhir, per Februari 2013
pengangguran berkurang 440.000 orang, sementara pada Februari 2012 berkurang
510.000 orang, dan per Februari 2011 berkurang sebanyak 410.000 orang (Koran
Sindo, Selasa, 6 Mei 2014). Dengan demikian, hadirnya MEA diharapkan akan
mengurangi pengangguran karena akan membuka lapangan kerja baru dan menyerap
angkatan kerja yang ada saat ini untuk masuk ke dalam pasar kerja.
Untuk itu, penulis
menyimpulkan bahwa resiko yang akan muncul dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah
persaingan industri lokal dengan industri asing, pengeksploitasian sumber daya
alam oleh Negara asing, serta persaingan tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja
asing yang lebih berkualitas.
D. Cara menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
Banyak cara sekaligus
persiapan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015. Hal ini
juga merupakan tantangan karena sejatinya pola pikir dan semangat pemerintah
serta para pelaku ekonomi Indonesia masih seperti biasanya.
1. Menurut ekonom
dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Edy Suandi Hamid, pemerintah
dan pelaku ekonomi harus lebih ofensif menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
dengan memperluas pasar barang, jasa, modal, investasi, dan pasar tenaga kerja.
Adanya MEA harus dipandang sebagai bertambahnya pasar Indonesia menjadi lebih
dari dua kali lipat, yakni dari 250 juta menjadi 600 juta," katanya.
Dengan pola pikir dan semangat seperti itu, dia berharap Indonesia dapat
memetik manfaat optimal dari MEA. Perekonomian harus didorong lebih cepat
tumbuh, ekspansif, dan berdaya saing, bukan sebaliknya.
2. Menurut
diplomat senior Makarin Wibisono juga mengingatkan bahwa dalam menghadapi MEA
2015, Indonesia perlu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan sektor jasa.
"Liberalisasi pasar jasa akan menguntungkan bagi Indonesia dalam dinamika
MEA," kata Makarim dalam seminar Perhimpunan Persahabatan
Indonesia-Tiongkok di Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut dia, liberalisasi
pasar jasa menguntungkan karena meningkatkan kualitas serta menentukan biaya
kewajaran bagi tenaga kerja sehingga kemudian meningkatkan daya saing di sektor
industri. Pasar jasa yang efisien, menurut Makarim, akan meningkatkan pilihan
konsumen, produktivitas, kompetisi, dan kesempatan untuk pembangunan sektor
jasa baru. "Jika terjadi inefisiensi, dampak negatifnya pada
produktivitas, inovasi, distribusi teknologi, dan menghalangi tercapainya
pertumbuhan optimal," kata Duta Besar Indonesia untuk PBB (2004--2007)
ini.
3. Menurut
rektor Universitas Sebelas Maret (Solo) Ravik Karsidi salah satu persiapan UNS
adalah dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) dengan hard skill dan
soft skill. Dari segi hard skill, UNS mempersiapkan kurikulum
agar mahasiswanya mampu bersaing dengan lulusan perguruan tinggi luar negeri.
Sementara itu, dari segi soft skill, UNS membekali mahasiswanya dengan
persiapan spiritual dan mental melalui pelatihan spiritual quotient (SQ).
Program ini ditindaklanjuti dengan pelatihan soft skill di tingkat
fakultas. Di antara pelatihan itu adalah tentang kepemimpinan, komunikasi dan
kemampuan bahasa.
Jadi dapat penulis simpulkan,
untuk mengatasi tantangan serta resiko yang mungkin akan muncul dalam
Masyarakat Ekonomi ASEAN dapat dilakukan dengan membekali diri dengan ilmu
pengetahuan, menanamkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri, serta
mempertajam soft skill dan hard skill masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
adalah babak baru bagi Indonesia dalam menghadapi keterjajahan dibidang
ekonomi. Dengan diadakannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini kita lebih
dimudahkan dalam mencari pekerjaan karena lapangan pekerjaan yang disediakannya
lebih banyak mungkin juga bisa bertambah dua kali lipat maka dari itu berbagai
persiapan harus benar-benar disiapkan mulai dari mengasah bakat dalam diri
hingga mampu mengembangkan peluang-peluang yang ada.
3.2 Saran
Sebagai generasi muda
Indonesia kita harus siap menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Kita harus
memiliki kemapuan moral dan pengetahuan yang cukup luas untuk menuju Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA).
izin copas kak;)))
BalasHapus