KEBAKARAN
![http://cikalnews.com/static/data/berita/foto/besar/3129667462kebakaran-hutan22.jpg](file:///C:\DOCUME~1\Admin\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah
sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat
memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Penyebab umum
termasuk petir, kecerobohan manusia,
dan pembakaran.
Musim
kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama
kebakaran hutan besar.
Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti
"api liar" yang berasal dari sebuah sinonim dari Api Yunani,
sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa Pertengahan
sebagai senjata maritime.
Kebakaran Hutan merupakan suatu faktor lingkungan dari api yang memberikan pengaruh
terhadap hutan, menimbulkan dampak negatif maupun
positif. Kebakaran Hutan yang terjadi adalah akibat ulah
manusia maupun faktor alam. Penyebab Kebakaran Hutan yang terbanyak karena tindakan dan
kelalaian manusia. Ada yang menyebutkan hampir 90% Kebakaran Hutan disebabkan oleh manusia sedangkan
hanya 10% yang disebabkan oleh alam.
Pengertian dan definisi lain yang diberikan untuk Kebakaran Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga berakibat
timbulnya kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian lingkungan. Upaya
pencegahan Kebakaran Hutan merupakan suatu usaha Perlindungan
Hutan
agar kebakaran hutan yang berdampak negatif tidak meluas.
Menurut Kamus Kehutanan, Departemen Kehutanan Republik
Indonesia. Kebakaran Hutan (Wild Fire Free Burning, Forest Fire) didefinisikan
sebagai :
- Kebakaran yang tidak disebabkan oleh unsur kesengajaan yang mengakibatkan kerugian. Kebakaran terjadi karena faktor-faktor:
- alam (misalnya musim kemarau yang terlalu lama)
- manusia (misalnya karena kelalaian manusia membuat api di tengah-tengah hutan di musim kemarau atau di hutan-hutan yang mudah terbakar.
- Bentuk Kerusakan Hutan yang disebabkan oleh api di dalam areal hutan negara.
Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan
Indonesia disebut juga Api Hutan. Selanjutnya dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau Api Hutan adalah Api Liar yang
terjadi di dalam hutan, yang membakar sebagian atau
seluruh komponen hutan. Dikenal ada 3 macam kebakaran
hutan, Jenis-jenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Api Permukaan atau Kebakaran Permukaan yaitu kebakaran yang terjadi pada lantai hutan dan membakar seresah, kayu-kayu kering dan tanaman bawah. Sifat api permukaan cepat merambat, nyalanya besar dan panas, namun cepat padam. Dalam kenyataannya semua tipe kebakaran berasal dari api permukaan.
- Api Tajuk atau Kebakaran Tajuk yaitu kebakaran yang membakar seluruh tajuk tanaman pokok terutama pada jenis-jenis hutan yang daunnya mudah terbakar. Apabila tajuk hutan cukup rapat, maka api yang terjadi cepat merambat dari satu tajuk ke tajuk yang lain. Hal ini tidak terjadi apabila tajuk-tajuk pohon penyusun tidak saling bersentuhan.
- Api Tanah adalah api yang membakar lapisan organik yang dibawah lantai hutan. Oleh karena sedikit udara dan bahan organik ini, kebakaran yang terjadi tidak ditandai dengan adanya nyala api. Penyebaran api juga sangat lambat, bahan api tertahan dalam waktu yang lama pada suatu tempat.
A. Penyebab Kebakaran
Secara luas diketahui bahwa
kebakaran hutan terjadi bila tiga unsur yaitu panas, bahan bakar dan oksigen
bertemu. Jika salah satu dari ketiga unsur tersebut tak ada, maka kebakaran
hutan tak akan terjadi. Karena oksigen terdapat hampir merata disemua wilayah,
hanya dua unsur lainnya, yaitu panas dan bahan bakar yang dibahas.
1. Panas
Dalam kebakaran hutan, unsur ini
hanya berperan pada masa kemarau, terutama kemarau panjang. Hampir diseluruh
Indonesia musim Kemarau terjadi setiap tahun, pada bulan-bulan tertentu yang
dapat diperkirakan sebelumnya. Musim kemarau panjang umumnya datang setiap 5-10
tahun sekali, kecuali untuk Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya bagian Selatan
(Merauke), musim kemarau panjang terjadi setiap tahun. Erat kaitannya dengan
panas adalah sumber api. Umumnya disepakati bahwa 90 % sumber api yang
mengakibatkan kebakaran hutan berasal dari manusia, sedangkan selebihnya
berasal dari alam.
a). Sumber
api yang berasal dari manusia digolongkan menjadi :
Yang diyatakan secara sengaja, dalam
kaitannya dengan perladangan, pengembalaan ternak, perburuan binatang liar,
persiapan penanaman (perkebunan, kehutanan), tindakan iseng (untuk kesenangan),
balas dendam terhadap petugas kehutanan, mengalihkan perhatian petugas (untuk
dapat mencuri hasil hutan ditempat lain), pembuatan api unggun, dan lain-lain.
Api yang berasal dari kebakaran
ladang, menurut hasil penelitian Nana-Supriatna di Sumatra Utara,
memberikan andil 54 % terhadap terjadinya kebakaran hutan. Angka tersebut
nampaknya berlaku untuk daerah lain diluar Pulau Jawa.
Perlu dicatat, bahwa penggunaan api
untuk perladangan, perkebunan, kehutanan dan lain-lain tak terhindarkan namun
tentu saja tak harus mengakibatkan kebakaran hutan, asal terkendali.
Yang tak disegaja, seperti api dari
kereta api, pekerja hutan, pengunjung objek wisata hutan, obor, puntung rokok,
perkemahan, dapur arang, dan lain-lain.
b). Faktor
alam, misalnya api yang timbul karena terjadinya petir, meletusnya gunung
berapi dan api abadi.
Di Indonesia, api dari petir sangat
jarang mengakibatkan kebakaran hutan, karena terjadinya justru pada musim
penghujan. Api abadi juga kecil peluangnya mengakibatkan kebakaran hutan karena
disekeliling api letusan gunung, apalagi letusan gunung dimusim kemarau, dapat
dibilang jarang terjadi, dan karenanya juga jarang mengakibatkan terjadinya
kebakaran hutan. Dengan demikian, sumber api kebakaran hutan di Indonesia
hampir 100 % berasal dari manusia.
2. Bahan Bakar
Bahan bakar merupakan factor yang
paling dominan sebagai penyebab kebakaran hutan.
Di Taman Nasional Wasur, Irian Jaya,
misalnya, kemarau panjang dan juga kebakaran hutan, terjadi setiap tahun
diareal yang luas. Namun kebakarannya tidak pernah besar, karena serasah hutan
yang menjadi bahan bakar tipis saja.
Di Kalimantan dan Sumatra, terutama
didaerah bergambut atau areal bekas tambangan, kebakaran hutan yang terjadi
pada musim kemarau panjang dapat dipastikan merupakan kebakaran besar. Seperti
kebakaran hutan tahun 1982/1983 di Kalimantan Timur dan tahun 1994 di Sumatra
Selatan, Jambi, Riau dan Kalimantan. Kecuali berlangsung lama (Kebakaran di
Kaltim tahun 1982/1983 berlangsung sekitar 6 bulan), juga menimbulkan asap
tebal yang dapat mengganggu kegiatan hidup manusia. Kaitannya dengan upaya
pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan, berikut adalah hal-hal yang perlu
mendapat perhatian :
a) Hutan
Primer
Pada hutan ini, serasah dilantai
hutan tipis, kelembaban tinggi serta suhunyapun rendah, karena penutupan tajuk
mendekati 100 %. Sinar matahari yang sampai kelantai hutan hampir mendekati 0
%. Ini rupanya kunci jawaban, mengapa sebelum HPH beroperasi, kebakaran hutan
besar seperti tahun 1982/1983 dan 1994 jarang terjadi (walaupun kegiatan
perladangan berpindah yang merupkan penyebab utama kebkaran hutan, telah
berlangsung sejak HPH belum beroperasi).
b) Areal
Bekas Tebangan
Pada areal bekas tebangan, menumpuk
serasah hutan yang tebal. Dari setiap batang pohon yang ditebang, hanya log
hingga cabang besar pertama diambil. Selebihnya termasuk cabang kecil, ranting,
daun, ditinggal didalam hutan. Disamping itu setiap pohon besar (diameter lebih
50 cm ) ditebang, menurut Sagala, turut tumbang atau cacat dan akhirnya
mati 10 pohon lain berdiameter 20 cm keatas. Semuanya itu mengakibatkan
terjadinya penumpukan serasah hutan yang sangat tebal. Serasah tebal tersebut
berada dibawah tajuk yang terbuka, karena pada musim kemarau kelembabannya
rendah, sedang suhunya tinggi, sehingga mudah dilalap api. Bila terjadi
kebakaran hutan dimusim kemarau panjang pada areal bekas tebangan, api pasti
tak dapat dipadamkan.
c) Areal
Tanaman
Pada areal tanaman, yang penutupan
tajuknya belum 100 % terdapat bahan yang mudah terbakar berupa alang-alang atau
semak belukar. Seperti halnya diareal bekas tebangan, pada musim kemarau suhu
dilantai hutan tanaman sudah juga cukup tinggi. Resiko terjadinya kebakaran
cukup tinggi.
d) Hutan
Gambut
Pada hutan gambut, bahan bakar
terletak dibawah permukaan tanah, yaitu gambut itu sendiri. Pada musim
penghujan, lahan gambut umumnya terendam air.
Pada musim kemarau normal, hanya
lapisan atas saja yang kering, sehingga tidak mudah terbakar. Namun pada musim
kemarau panjang lapisan gambut yang tebalnya dapat mencapai puluhan cm, dalam
keadaan kering dan mudah terbakar. Bila kebakaran terjadi, walaupun merambat
secara perlahan, api gambut susah dipadamkan.
e) Alang-alan dan Semak belukar
Serasah dipadang alang-alang dan
semak belukar mudah terbakar sekalipun kemarau tidak panjang. Namun karena
bahan bakarnya sedikit, api tidak sehebat pada kebakaran hutan gambut maupun
hutan bekas tebangan.
B. Dampak Kebakaran
Dampak kebakaran hutan juga perlu
diketahui dapat positif maupun negatif. Dampak positif seperti misalnya
dipercepatnya peremajan alam, pelapukan tanah, terbantunya kehidupan satwa
liar, terkurangi termusnahkannya hama dan penyakit. Sedangkan dampak negatif
sebagai berikut :
1. Rusak
atau Musnahnya Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
Kebakaran hutan mengakibatkan rusak
atau musnahnya kayu yang sejak dua decade terakhir sedemikian penting.
Kebakaran hutan di Kaltim 1982/1983 menurut laporan asing yang dikutip oleh
Zoefri Hamzah dan Ari Wibowo, diketahui memusnahkan kayu senilai US $ 5,6
miliar – US $ 7,4 miliar. Disamping itu musnah pula hasil hutan lainnya berupa
rotan, damar, getah-getahan, binatang buruan, buah-buahan hutan, dan lain-lain.
Semuanya itu mengakibatkan banyak pihak seperti pengusaha hutan, rakyat yang
tinggal disekitar hutan, pemburu, turis penerbit surat kabar, dan lain-lain
menderita kerugian.
Kebakaran yang terjadi
berulang-ulang dalam jangka yang lama tak dapat disangkal lagi telah mengubah
jutaan hektar jutaan hutan di Sumtra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya,
menjadi pada alang-alang yang tak produktif.
2.
Kerusakan Lingkungan
Kebakaran hutan mengakibatkan
berbagai kerusakan yang tak ternilai, seperti rusaknya lingkungan,
terganggunya tata air, musnahnya sumber plasma nutfah atau berkuranganya
keanekaragaman hayati, timbulnya erosi dan lain-lain. Untuk memperbaiki
lingkungan yang rusak tersebut, diperlukan biaya yang besar dan waktu yang
lama.
Rusaknya lingkungan tersebut semakin
terasa akibatnya, mengingat hutan tropis juga berfungsi sebagai paru-paru
dunia. Dengan kata lain, dampak kebakaran hutan merugikan seluruh penduduk
dunia.
3. Asap
Setiap kali terjadi kebakaran
hutan, sebagian atau seluruh Sumatra dan Kalimantan, tertutup asap tebal.
Transportasi baik darat, sungai/laut maupun udara terganggu dan beresiko
terjadi kecelakaan. Bahkan negara kita di cap sebagai negara pengekspor asap
bagi negara tetangganya. Selain itu,asap yang berasal dari kebakaran hutan (dan
kebakaran lahan lainnya) juga berpengaruh pada kesehatan dan kegiatan
pariwisata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar