TUGAS
SKI
KHALIFAH
SULAIMAN BIN ABDUL MALIK (715 – 717 H )
![MA.jpg](file:///C:\DOCUME~1\Admin\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
Kelompok
7 :
v
Pinggih
v
Rizka Fauziah
v
Rizki Mustafa
Kelas
:
MADRASAH
ALIYAH YAPIA PARUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Sulaiman bin Malik merpakan khalifah ke 7 Bani
Umayyah. Dalam pemilihan Sulaiman menjadi khalifah diawali dengan sebuah
konflik yaitu akan dipecatnya Sulaiman sebagai putra mahkota dan akan
digantikan oleh Abdul Aziz yang merupakan putra kandung dari Marwan bin Hakam, namun jabatan khalifah tetap dipegang oleh
Sulaiman bin Abdul Malik pada saat itu. Dan pada masa kekhalifahannya Sulaiman
bin Malik melampiaskan sakit hatinya sehingga pada kepemimpinannya. Sehingga Ia
dibenci oleh rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu. Para
pejabatnya terpecah belah, demikian pula masyarakatnya. Pemerintahan sulaiman
yang singakat mirip dengan pendahulunya. Ekspansi dilanjutkan di timur dan di
barat, tetapi usaha untuk menyerang istambul tidak membawa hasil.
Pada
pemerintahan sulaiman banyak sekali terjadi kontroversi mengenai siapakah
pengganti dari saudaranya, al-Walid. al-Walid yang menginginkan anaknya menjadi
penggantinya tetap bersikukuh dengan pendiriannya. Banyak gejolak yang timbul
akibat kontroversi pemerintahan Sulaiman bin Abdul Malik. Dan banyak terjadi
ekspansi dan ekspedisi-ekspedisi ke Jujar dan Tabaristan pada masa
pemerintahannya.
Sulaiman
bin Abdul Malik dalam kaitan mengenai kekholifahannya, bahwa ternyata seorang
putra yang tidak pantas dan seorang adik yang tidak bernilai. Di masa
pemerintahannya yang singkat, tiga tahun, dia banyak melakukan hal yang tolol.
Dia bersikap baik terhadap bangsa Arab Yaman dan membenci bangsa Arab Hijaz. Ia
senang sekali bersenang-senang dan disanjung-sanjung.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Sulaiman Bin Abdul Malik (
96-99 H / 714-717 M )
Sulaiman Ibn Abdul Malik Bin Marwan dilahirkan pada tahun 54
H. Ayahnya bernama Abdul Malik Bin Marwan. Dan sebelum ia menjabat sebagai
kepala pemerintahan, kakaknya yaitu Walid Bin Abdul Malik sudah menjadi
khalifah menggantikan ayahnya. Menurut At-Thabari, Sulaiman adalah kunci
kebaikan yang membebaskan tawanan perang dan mengampuni orang-orang yang
dihukum dalam penjara selain itu Sulaiman juga berbakti kepada rakyat.
Sedangkan menurut As-Sayuthi, Sulaiman adalah khalifah Bani Umayah yang
terbaik, dia dapat berbicara fasih dan lancar, sangat mengutamakan
keadilan dan gemar berperang. Tatkala duduk sebagai khalifah, ia
memerintahkan semua jajaran dan rakyatnya untuk melakukan salat tepat waktu
dimana sebelumnya di akhirkan hingga keakhir waktu. Di awal pemerintahannya di
awali aksi balas dendam terhadapnya dari pemimpin-pemimpin besar.
Selain sifat-sifat yang diatas, Sulaiman juga mempunyai
sikap kejam dan juga tamak. Dan kecinta-cntaannya yang berlebih pada masalah
duniawi nya. Seperti penganiayaan yang dilakukan terhadap panglima besar, Musa
Ibn Nushair. Dan penganiayaan itu bukan berpangkal kepada masalah putra
mahkota tetapi semata-mata timbul dari ketamakan Sulaiman sendiri dan
kecintaannya yang berebih kepada keduniyaan. Kalifah Sulaiman Bin Abdul Malik
tidak sebijak kakaknya, ia kurang bijaksana, suka harta sebagaimana yang
diperlihatkan ketika ia menginginkan harta rampasan perang (Ghanimah) dari Spanyol
yang dibawa oleh Musa Bin Nushair yang akan diberikan kepada Al-Walid. Khalifah
Sulaiman Bin Abdul Malik dibenci oleh rakyatnya karena tabiatnya yang kurang
bijaksana itu. Para pejabatnya terpecah belah, demikian masyarkatnya.
Orang-orang yang berjasa di masa para pendahulunya di siksa, seperti keluarga
Hajjaj Bin Yusuf dan Muhammad Bin Qhasim yang menundukkan India.
B.
Masa Pemerintahan Sulaiman Bin Abdul
Malik
Penaklukan di masa pemerintahannya
sangatlah terbatas. Dikawasan barat dia menyerang konstantinopel melalui darat
dan laut. Penyerangan ini di pimpin oleh Maslamah Bin Abdul Mali. Maslamah
tinggal ditempat itu dan bersumpah tidak kembali sebelum dapat menaklukan
konstantinopel. Maslamah meninggal pada saat melakukan pengepungan kota itu pada
tahun 99 H / 717 M. sedangkan dikawasan lain Yazid Bin Muhallab berhasil
menaklukkan Jurjan dan Thibristan pada tahun 98 H / 716 M.
Perkembangan pembaharuan yang
dilakukan Sulaiman Bin Abdul Malik secara cermat kedalam perkembangan
radikalisme yang ditetapkan oleh Umar II telah bergeser, dan sama benar dengan
perkembangan berbagai revolusi besar di Eropa dalam II abad terakhir ini.
Sulaiman bergerak begitu hati-hati sehingga kebijakan politiknya sulit
dikategorisasikan. Sumber-sumber lain menunjukkan ketidakjelasan mengenai
dirinya dengan menekannkan kebiasaannya banyak makan dan keinginannya untuk
melampiaskan nafsu seksualnya yang begitu besar, sembari tetap memuji untuk
berbalik kepada kebijakan-kebijakan Hajjaj dan penunjukkan Umar II sebagai
penggantinya. Ini tidak dapat diragukan bahwa menandai penyimpangan yang tegas
dari kebijakan-kebijakan Abdul Malik. Tentu saja tindakannya yang pertama kali
dilakukannya tanpa ragu-ragu adalah mengenai hal ini, yakni melumpuhkan semua
pendukung Hajjaj dalam rangka mendukung orang-orang Yaman yang lebih liberal
dan moderat.
Yazid Bin Al-Muhallab Bin Abi
Sufrah, misalnya ditunjuk untuk menggantikan kedudukan seorang pendukung Hajjaj
sebagai Gubernur Irak. Dia adalah orang yang memiliki kemampuan tetapi juga
seorang pemimpin Yaman yang terkenal, dan karena inilah Hajjaj berusaha
memotong karirnya pada tahun 704 M / 84 H dengan membujuk Abdul Malik agar
memecatnya setelah dua tahun menjadi Gubernur Khurasan. Bila tindakan pertama
Sulaiman menunjukkan penyimpangan sama sekali dari kebijakan-kebijakan
Hajjaj, kebijakan luar negerinya justru lamban dan penuh kewaspadaan
dalam beberapa hal tampaknya ia merupakan yang paling berperan dari
kebijakan-kebijkan politik sebelumnya.
Di Khurasan, Sulaiman tidak terlalu
ramah dibandingkan para pemberontak yang melawan Quthaibah. Dia mengakui bahwa
kebijakan ini tidak akan merakyat dan karena itu mengirim Yazid dengan
pasukannya dari kalangan orang-orang Syiria yang ditempatkan di Wasith.
Ini diperkirakan untuk perluasan politik Hajjaj ke wilayah Khurasan, tetapi
begitu Yazid datang kesana ternyata kebijakan polotiknya berbeda dengan
kebijakan politik Khutaibah.
Kebijakan politik Sulaiman mengenai
Front Byzantium, meskipun sangat jelek dan sederhana, ternyata juga tidak cukup
membantu menentukan garis politiknya. Untuk mengakhiri penyerbuan yang tiada
hentinya dan melelahkan di sepanjang Front Byzantium, Sulaiman menetapkan untuk
menghancurkan kerajaan Byzantium itu sendiri dengan penduduk Konstantinopel,
yang terencana secara cermat dan dengan kekuatan besar. Selama masa
pemerintahannya Sulaiman secara terang-terangan menentang Qhais dan mendukung
para pemimpin Yaman. Secara berimbang, dia melanjtukan kebijakan politik
Imperial yang sama sebagai mana pendahulunya hanya memperlunaknya dengan
memasukkan orang-orang bukan Arab kedalam susunan ini. Pemerintahannya sangat
singkat dan bisa ditafsirkan lebih dari satu macam. Karena itulah ia dikenal
oleh para sejarawan sebagai tokoh yang paling sulit difahami.
Menjelang wafatnya Sulaiman,
penasehat kerajaan bernama Raja Ibn Haiwah menasehati beliau: “Wahai Amirul
Mukmini, antara perkara yang menyebabkan engkau dijaga didalam kubur dan
menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan
untuk orang islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihan mu ?” Khalifah
Sulaiman menjawab: “Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz.”
Surat wasiat di arahkan supaya
ditulis nama Umar Ibn Abdul Aziz zebagai penerus ke khalifahan, tetapi
dirahasiakan dari kalngan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman,
beliau memerintahkan agar para menteri dan para Gubernur berbai’at dengan
nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.
C. Penaklukan Yang Dilakukan Dalam
Pemerintahan Khalifah Sulaiman
1.
Meluaskan jajahan takluk hingga ke Yurjan dan
Tabarkistan oleh wakil pemerintah di Khurasan, Yazid bin Al-Muhallah.
2.
Pada tahun 93 hijrah Maisalamah bin Abdul Malik
ditugaskan memimpin tentera menyerang Constantinople.
3.
Jeneral Leo panglima Rome Timur di Constantinople
yang berjumpa dengan khalifah Sulaiman yang telah dilucutkan jawatannya telah
belot dan pergi ke Damsyik menawarkan diri menunjuk bagaimana cara yang
berkesan menyerang Constantinople. Akhirnya tawaran itu diterima oleh khalifah
dan menghantar saudaranya Maisalamah bin Abdul Malik (yang kebetulan masa itu
raja Rome telah mati). Kesudahannya Islam mendapat kalah teruk kerana Jeneral
Leo telah berpaling tadah setelah dipujuk supaya berjuang kembali kepada
negaranya dengan satu perjanjian, iaitu apabila mereka menang, dia akan menjadi
raja di Constantinople.
4.
Walaupun tentera Islam berundur di Constantinople,
tetapi tidak pula di Sepanyol. Penglimanya Al-Hur bin Abdul Rahman memimpin
tentera Islam dan berjaya menakluki daerah-daerah sekitar lembah Garonne dan
selatan Perancis dalam tahun 717 masehi bersamaan 95 hijrah.
D. Kepincangan Yang Dilakukan Oleh
Khalifah Sulaiman Bin Abdul Malik
1.
Memecat semula panglima-panglima perang yang
bersubahat dengan abangnya Al-Walid dahulu kerana hendak melantik anaknya
sendiri Abdul Aziz.
2.
Memecat dua orang panglima perang yang berjasa,
iaitu Muhammad bin Al-Qassim dan Qutaibah bin Muslim. Mereka telah diseksa lalu
dibunuh.
3.
Memenjarakan Musa bin Nusair seorang panglima perang
yang berjasa kerana membawa harta rampasan ke Damsyik semasa pemerintahan
khalifah Al-Walid yang ada pada masa itu sedang sakit.
4. Bersikap benci kepada panglima Hajjaj dan menuduh beliau untuk melakukan pergulingan (rampas kuasa).
4. Bersikap benci kepada panglima Hajjaj dan menuduh beliau untuk melakukan pergulingan (rampas kuasa).
4.
Membebaskan orang yang ditahan oleh Hajjaj bin
Yusof.
E. Faktor-Faktor Kemunduran Bani Umayyah
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya
kepada kehancuran. Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru (bid’ah) bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas, sehingga menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
- Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa ‘Ali –radhiyallaahu ‘anhu-. Sisa-sisa Syi’ah dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah.
- Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non-Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
- Lemahnya para khalifah, kecenderungan mereka hidup santai, sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan dan keluarnya mereka dari prinsip-prinsip Islam yang menjadi tonggak tegaknya sebuah negara. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
- Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas bin Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Khalifah Sulaiman Bin Abdul Malik adalah putra dari Abdul
Malik Bin Marwan. Dia adalah seorang khalifah yang kurang bijaksana, tamak dan
tidak bisa mengatur pemerintahannya sendiri sehingga dari para pejabatnya dan
rakyatnya terbengkalai. Di lain sisi, ia juga mempunyai sifat yang suka
berperang namun kecntaannya itu tertoreh akan sifat yang buruk, suka balas
dendam kepada orang lain. Diantaranya adalah Hajjaj.
Sikap yang bisa ambil sebagai teladan diantaranya :
1. Khalifah
adalah suatu amanat. Kita harus mempertanggung jawabkannya kepada Allah dan
juga rakyat. Menampung semua aspirasi rakyat juga melaksanakannya dengan baik
dan benar merupakan salah satu suri teladan yang bisa di tiru.
2. Meningkatkan
kualitas pada diri sendiri. Seperti halnya mahir dalam bertutur kata, akan
menciptakan manusia yang kompetitif serta berkemampuan tinggi.
3. Menjalankan
syari’at agama tak luput dari kesuksesan seseorang. Salah satunya dengan
melaksanakan salat pada waktunya.
4. Balas
dendam tidak diperbolehkan apabila itu menjurus kepada hal-hal yang akan
merugikan orang lain.
5. Janji
adalah hutang. Jangan sekali-kali mengingkari janji yang telah terlontar dari
lidah.
Pada masa pemerintahannya juga tidak begitu berkembang pesat
ataupun meninggalkan keunggulan-keunggulan. Oleh karenanya, tidak banyak
referensi yang menuliskan sejarah mengenai Sulaiman Bin Abdul Malik.
Jasa-jasanya yang bisa dilihat adalah mengangkat Umar II atau Umar Bin
Abdul Aziz menggantikan jabatan kekhalifahannya.
Pengangkatan pengganti Sulaiman Bin Abdul Malik yaitu Umara
Bin Abdul Aziz secara sirri atau sembunyi-sembunyi dimaksudkan untuk
menghindarkn persengketaan yang terjadi di antara para keluarga Sulaiman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar